Selasa, 31 Januari 2012

Tragedi Di Ujung Senja


Pardi tertunduk lemas setelah hakim mengetuk palu tiga kali menjatuhkan vonis kurungan selama 15 tahun penjara, Ruang sidang mulai sepi ditinggalkan para pengunjung sidang yang setia dari pagi menunggu persidangan Pardi.
Pardi tak menyangka sisa hidupnya akan dihabiskan didalam penjara yang berukuran 5x3 meter dan dihuni bersama 8 orang tahanan lainnya yang memiliki masalah yang berbeda-beda.
Dengan menggunakan pakaian biru tua Pardi duduk dipojok ruangan sekali- kali tangannya menggarukkan kepala yang tidak terasa gatal itu.

Senja itu hujan dengan derasnya, seperti biasa Toni anak pertama Pardi dari pernikahan yang keempat bersama Marni. Toni pergi dengan membawa payung besar kepuasat perbelanjaan  karena disaat musim penghujan seperti inilah Toni berkerja menjadi ojek payung dadakan. Lumaya hasilnya bisa bantu ibunya yang cuma tukang cuci bisa.
Di rumah kontrakan yang hanya sepetak Marni sedang menidurkan Doni anak yang paling kecil yang masih berusia satu tahun sambil membelai-belai rambutnya yang halus itu.
Pintu depan rumah digedor dengan kerasnya dan Pardi menerobos masuk pintu yang terbuat dari triplek usang itu.
"Marniiiiii, bikinin gue kopi cepetannnnn" Kata Pardi sambil berteriak
"Iya...bang" Jawab Marni sambil berlari kedapur
Marni pergi kedapur untuk membuatkan kopi yang selalu menjadi kebiasaan kalau suaminya pulang harus selalu disediakan kopi hitam.
"Ini bang kopi hitamnya" Kata Marni sambil menyodorkan segelas kopi
berrrr.....kopi yang diminumnya disemburkan lagi karena terasa pahit sekali
"Haiiii.....anjing, ini kopi apa jamu sih pait banget???" Teriak Pardi sambil melempar gelasnya kebadan Marni.
"Maaf bang gulanya habis dan gue ga punya duit untuk membeli gula" Kata Marni sambil menangis
" Tolollll...emang elo ga bisa nngutang diwarung depan??" Teriak  Pardi
"Bang, gue malu sama tetangga depan gue selalu ngutang tapi ga pernah bayar" Bela Marni
"Gue udah capek hidup seperti ini bang" Kata Marni sambil menangis
"Setiap pulang kerja abang selalu marah-marah, ga pernah kasih duit dan kerjannya cuma main judi kalo kalah judi gue dan anak-anak jadi sasaran abang" Teriak Marni
"Mendingan abang ceraiin gue aja bang..."Kata Marni
"Apa elo bilang??" Tanya Pardi
"Elo sudah berani nglawan gue ya??" Kata Pardi geram sambil menjambak rambut hitam marni
"Mendingan abang bunuh gue deh bang dari pada gue hidup menderita bersama abang" Teriak Marni
"Elo emang istri ga tau diuntung, istri kurang ajar" Pardi semakin menjadi
Diseretnya marni menuju kedapur, dipukuli dan ditampar marni dengan membabi buta

Entah setan dari mana Pardi begitu kalapnya menganiaya Marni sampai babak belur, Pardi mengambil derijen yang berisi minyak tanah dan disiramkan ketubuh marni yang sudah tidak berdaya itu.
kepala korek digesekkan kecangkangnya dan setelah menyala siap dilemparkan ketubuh marni.
Ibuuuuuuuu.........
Toni yang datang merasa terkejut melihat tubuh ibunya yang terkapar sambil menahan panasnya api yang membakar tubuhnya.
Pardi kaget melihat anaknya datang
"Bapak jahatttttttt...." Teriak Toni sambil memadamkan api dengan benda seadanya
"Tolongggggggg...."Teriak toni meminta tolong
Dengan rasa panik Pardi mengambil derijen yang masih tersisa minyak tanah dan menyiramkannya ketubuh Toni. Beruntung para tetangga saling berdatangan dan menolong Toni dan Marni.
Toni dan Marni langsung dilarikan keRumah Sakit.
Karena luka bakar yang serius akhirnya Marni tidak bisa tertolong lagi sedangkan Toni harus menjalani operasi secara serius karena luka bakarnya telah membakar sebagian besar kulitnya.
Doni karena masih kecil maka diasuh oleh neneknya. Akhirnya Pardi dimasukan kebui dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya yang tidak berprikemanusiaan itu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar