Rabu, 11 Januari 2012

Larasati

Namaku LASARATI orang banyak memanggilku dengan sebutan Laras, aku berasal dari kota terkecil didaerah Semarang tepatnya didesa Kertasono, aku anak kelima dari tujuh bersaudara, aku berasal dari keluarga yang sangat sederhana sangkin sederhananya rumah sepetak harus memuat sembilan orang.
Aku bekerja dirumah bordir dikawasan Mangga Besar aku mengenang masa laluku yang sekitar sepuluh tahun yang lalu terdampar ditempat yang nista ini .Di temani hujan rintik-rintik dan sebatang rokok yang terselip disela jemariku yang lentik dan secangkir kopi.

Suatu ketika saat umurku enam belas tahun dan sepuluh tahun yang lalu rani datang kerumahku dan menawarkan sebuah pekerjaan diibukota Jakarta.
"Laras, ngapain kamu jadi pembantu dikampung ??" Tanya Rani
"Sudah gajinya kecil trus kerjanya sampe malem, gimana kamu mau kasih orang tua kamu??" Kata Rani
"Kamu mau hidup susah terus??" Tanya Rani
"Yo sih Ran, aku pengen kerja diibu kota tp piye cuma aku lulusan SD" Jawab Aku
"Yo wes ga popo kowe melu aku aja kerja dijakarta" Bujuk Rani
"Kerja opo toh??" Tanyaku
"Kerja enak kamu pasti banyak mendapatkan duit" Jawab Rani
"Kamu bisa ngirim orang tua kamu dan bisa biayai adik-adik kamu yang masih kecil-kecil itu" Bujuk Rani
"Gelem aku....." Kataku kegirangan
Diotakku aku bakal bisa beli baju baru yang mahal-mahal kaya Rani yang selalu tampil menawan, bisa kirimin simbok duit, bisa biayai adik-adiknya sekolah jangan sampai seperti aku yang cuma tamatan SD dan yang terpenting aku bisa beliin tv sehingga adik-adikku kalau mau nonton tv tidak nebeng ditetangga. Angan-anganku sudah membumbung tinggi sampai aku tidak tau pekerjaan apa yang akan Rani tunjukan sama aku.

Keesokan harinya aku minta pamit sama bapak dan simbok untuk bekerja diJakarta bersama Rani, aku sama rani berangkat menuju setasiun Tawang.
Aku melangkah meninggalkan desaku untuk pergi keJakarta dengan harapan aku bisa merubah nasibku, karena banyak orang yanng mengadu nasib diibu kota Jakarta dengan sukses bisa membawa uang banyak, pakaian bagus dan mobil mewah.
Aku bersama Rani menunggu kereta api senja utama yang sebentar lagi akan datang. Bunyi sirine dari sang masinis membuyarkan lamunanku, aku dan Rani langsung bergegas masuk kegerbong kereta api yang mulai sesak dan padat sama penumpang para pedagang juga tidak mau ketinggalan saling berdesak-desakan.

Setelah sekitar delapan jam perjalanan akhirnya aku sampai juga distasiun gambir. Aku sama Rani bergegas keluar dari gerbong setelah berusaha keluar aku berhenti dulu ditoko yang ada disekitar stasiun menunggu Rani yang sedang ketoilet. Dalam hati aku berdecak kagum dengan bangunan yang mejulanng tinggi ditengah lapangan. Inikah yang kata orang-orang dinamakan MONAS yang diujungnya ditaruh sebongkah emas.
Setelah sesampainya dikosan Rani aku merebahkan badan guna melepaskan kepenatan dari perjalanan jauh.

Jam dinding menunjukan jam delapan malam, Rani siap-siap berangkat kerja dengan dandanan yang cukup menor.
"Kamu pake baju aku aja karena mau ketemu pimpinan" Kata Rani  sambil menyodorkan baju yang sangat mini.
"Nanti kalo bos aku bertanya jawab aja yang jujur ya dan kamu jangan malu-maluin aku" Tegas Rani
Aku cuma bisa mengangguk dan mencoba baju yang diberikan Rani, Tapi begitu terkejutnya aku setelah melihat baju yang aku kenakan malam ini.
"Kamu ga perlu heran dan takut begitu, diJakarta orang-orang pada pake baju yang super ketat dan kadang mengumbar aurat tanpa peduli dengan dosa" Kata Rani begitu santainya
"Aku pake bajuku aja ga sopan pake baju seperti ini" Pintaku
"Apaaaa...???" Teriak Rani
" Kamu mau pake baju yang gombrong  sama krudung yang lusuh itu???" Tanya Rani
Aku hanya bisa menganggukkan kepala.
"Baiklah....kamu bisa pilih baju yang kamu suka dilemariku yang membuat kamu nyaman" Kata Rani
Akhirnya aku memakai kaos oblong dan celana panjang, aku mengikuti kemana rani melangkah.

Tibalah aku ditempat kerjaan Rani, aku masuk ruanngan yang gelap pengap dengan asap rokok dan musik yang menghentak jantung.
Aku diterima baik oleh orang yang mengaku bosnya seorang cewe yang berpawakan gempal dan ternyata setelah tau kalau dia mucikari dimana tempat rani bekarja rani, mataku terasa perih oleh asap rokok.
"Rani iki tempat opo toh, ko pengap banget aku pengen pulang aja" Kataku
"Ya beginilah tempat kerjanya" Jawab Rani enteng
Aku masih bingung tidak mengerti sebenernya kerja apaan ditempat seperti ini dalam hati aku berfikir paling aku dipekerjakan sebagai office girl karena ijasahku cuma dari SD aku masih tenang.
Tengah malam aku dipanggil sama seorang laki-laki yang berpawakan gede tinggi, aku diajak kemobilnya dan diajak muter-muter kota Jakarta yang penuh gemerlap lampu warna-warni kota Jakarta memang tidak pernah tidur selalu ramai, gedung-gedung bertingkat pencakar langit membuat suasana semakin hidup.

Setelah cukup lama muter-muter Jakarta, laki-laki itu mengajaku kesebuah hotel yang aku lupa namanya.
Didalam sebuah ruangan aku lihat kasur yang begitu empuk, tv LCD yang cukup besar dan ac yang membuat dingin ruangan aku diajak minum sama lelaki itu. Dan aku tidak tau apa yang lelaki itu lakukan terhadap tubuhku.

Aku sangat marah sekali sama rani ternyata dia sudah menjual tubuhku kepada lelaki yang aku tidak kenal aku depresi dan tidak terima dengan keadaanku saat itu.
"Laras, dengarkan aku  kalau kamu mau cari duit banyak dan cepat harus seperti itu" Kata Rani
"Tapi bukan begini caranya rani" Jawabku sambil teriak
"Sudahlah maafin aku sekarang terserah kamu aja nasi sudah menjadi bubur" Jawab Rani
Aku menangis dan memandang tubuhku yang jijik dan kotor itu.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun dan ternyata aku ditempat yang kotor ini sudah hampir sepuluh tahun  aku teringat bapaku yang tua renta naik sepeda ontel dipunggungnya tersandar cangkul, bapakku orang yang sangat rajin setelah sholat subuh pasti berangkat kesawah walaupun kulitnya sudah pada keriput tapi perjuangan hidup untuk anak-anaknya patut diacungin jempol.
Ibuku yang sudah semakin menua dengan banyaknya kerutan diwajahnya tapi tetap semangat untuk menjual jamu gendongan keliling kampung. Adik-adikku irma, andi, sudah bisa sekolah SMU udin dan adi sekarang sekolah diSMP sedangkan yang paling kecil wati masih duduk dibangku sekolah dasar.
Ada perasaan haru campur sedih dibenak pikiranku.

Tak terasa waktu menunjukan pukul 04.15 suara azan subuh dari ujung gang membuyarkan lamunanku ada air mata yang keluar dari sudut mataku.
Aku beranjak dari teras rumah dan segera mengambil air wudhu yang sudah lama aku melupakan TUHAN.
Maafkan aku TUHAN  aku sudah lama aku jauh dari MU dan  melupakan MU aku ingin kembali kejalanMU aku percaya TUHAN mau mengampuni semua dosa-dosaku.
ku menangis dalam sujudku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar